Banyak sekali keistimewaan gunung Cartenz, di antaranya adalah ditemukannya fosil-fosil hewan laut dan salju di puncaknya (puncak Jaya), merupakan salah satu personil seven summit dunia atau salah satu jalur pendakian paling ekstrim di Indonesia.
Namun, saat hendak melakukan petualangan di atas gunung Cartenz, ada banyak sekali hal yang harus dipertimbangkan, selain kesiapan fisik dan mental, biaya pun harus dipersiapkan dari jauh-jauh hari sebelum tanggal pendakian. Sebab, pendakian di gunung Cartenz amatlah mahal, menguras kantong dan sebagian pendaki menyebutnya lebih mahal dari naik haji.
Estimasi Biaya Pendakian Gunung Cartenz (Jayawijaya)
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus mempertimbangkan berbagai faktor, di antaranya adalah.
- Ongkos transportasi yang amat mahal
- Masih sulitnya akses perjalanan menuju tanah Papua
- Harga logistik yang melambung tinggi (di tanah Papua)
- Rentannya keamanan, biaya akan menjadi sangat mahal apabila sedang terjadi konflik antar penduduk
- Harga jasa porter yang sangat mahal, hal ini berbanding lurus dengan biaya hidup di kawasan Papua
Oleh karena beberapa faktor di atas, jadi memang sudah semestinya biaya pendakian di gunung Cartenz memiliki harga mahal, belum lagi mengurus surat perizinan, menyewa penginapan dan sewa perlengkapan. Soal total harga keseluruhan, berikut adalah informasi tentang estimasi biaya pendakian gunung Jayawijaya.
Biaya Pendakian Gunung Cartenz (Jayawijaya)
Transportasi
Sulitnya akses perjalanan, dapat mempengaruhi harga transportasi. Sebelum mencapai puncak tertinggi di Indonesia, berikut adalah serangkaian perjalanan yang harus ditempuh untuk bisa sampai di tanah Papua, kita mulai dari Jakarta.
Baru-baru ini, sang pemilik Adventur Cartenz, pak Maximus mengungkapkan biaya transportasi menuju gunung Cartenz. Menurutnya, ongkos menuju ke sana memiliki harga yang sangat tinggi. Misalnya saja kita memulai perjalanan dari ibu kota Jakarta, terbang ke Timika dengan ongkos paling murah Rp. 3 juta.
Sesampainya di Timika, perjalanan dilanjut kembali dengan menggunakan maskapai lokal menuju Sugapa, seharga Rp. 3 juta, kemudian dilanjut dengan menyewa ojek dengan ongkos Rp. 300 ribu. Selain itu, kamu juga harus menyewa pesawat perintis untuk membawa barang-barang bawaan, ongkosnya sekali jalan seharga Rp. 35 juta (untuk 10 orang). Jadi, hanya untuk transportasi saja, seseorang harus menyiapkan biaya Rp. 10 juta untuk sekali jalan.
Logistik
Berbeda dengan keadaan di ibu kota, biaya hidup di tanah Papua sangatlah mahal. Bayangkan saja, untuk membeli air mineral ukuran botol kecil, kita harus merogoh kocek sebesar Rp. 25 ribu. Bagaimana dengan biaya makan sehari-hari selama di sana?. Mungkin kita dapat menghabiskan Rp. 300 ribu per hari.
Porter
Harga poter di gunung Cartenz, bisa lebih mahal berkali lipat dari poter di gunung lainnya. Harganya sekitar Rp. 7-10 juta dalam sekali perjalanan. Mungkin harga tersebut kita anggap mahal, namun tidak bagi mereka, harga tersebut berbanding lurus dengan biaya hidup mereka sehari-hari.
Sewa Peralatan
Kita tahu bahwa jalur pendakian di gunung Cartenz sangatlah terjal, membutuhkan teknik dan peralatan pendakian khusus. Untuk itu kita harus juga mengeluarkan biaya sewa peralatan pendakian. Harga sewa ini sekitar Rp. 1 juta.
Total: Melakukan pendakian di gunung Cartenz, alangkah lebih baiknya bila kita mengikuti jasa travel adventure, rata-rata dari mereka mematok harga Rp. 40-70 juta.
Jalur Pendakian Gunung Cartenz atau Gunung Jayawijaya
Berada di Cartenz Pyramid Basecamp, kamu dapat memilih 2 opsi, di antaranya dengan langsung memulai pendakian atau menyewa heli untuk langsung menuju Yellow Valley, tentunya dengan tambahan biaya yang amat mahal.
Terpinggirnya Masyarakat Pribumi dari Mahalnya Pendakian Gunung Cartenz
Sebuah pertanyaan muncul dalam kepala kita, apakah masyarakat setempat ikut menikmati kucuran uang yang dikeluarkan oleh para pendaki?.
Pak Maximus menjelaskan bahwa di sekitar kawasan gunung Cartenz terdapat 3 suku yang paling dekat, yaitu suku Amungme, Moni dan suku Dani. Sementara desa yang paling dekat adalah Desa Ugimba. Namun sangat disayangkan, sampai saat ini mereka belum dapat menikmati uang yang dikeluarkan oleh para pendaki, 'hanya jadi penonton'. Sebab, segala sesuatunya masih dikuasai oleh orang-orang yang datang dari luar tanah Papua.
Kendalanya adalah susahnya memberi pemahaman kepada mereka, tentang pariwisata, baik cara melayani para tamu atau menjaga kelestarian destinasi-destinasi di sana. Harus ada kemauan yang kuat dan regulasi jalur pendakian yang jelas dari pemerintah.
Oleh karenanya, Maximus berharap agar pemerintah mendukung masyarakat lokal untuk mengatur pariwisata di puncak Cartenz. Dengan membenahi insfratruktur dan fasilitas di sana. Sebab, uang sebanyak itu akan sangat disayangkan bila tidak mengalir ke masyarakat sekitar.
Demikian adalah informasi tentang biaya pendakian gunung Cartenz (Jayawijaya) yang bisa saya sampaikan. Semoga dapat bermanfaat untukmu yang sama-sama memimpikan untuk mencapai puncak tertinggi di Indonesia ini.
No comments:
Post a Comment