Sebagian pendaki berpendapat, mendaki adalah kegiatan yang aman-aman saja, kegiatan ini tidak lebih dari kegiatan yang menyenangkan dan menyehatkan. Sebagian lagi mengatakan, mendaki adalah olah raga ekstrim dengan beragan resiko, bahkan pada waktu tertentu, nyawa harus dipertaruhkan.
Bagaimana dengan pendapatmu? saya sendiri setuju dengan orang-orang yang mengatakan bahwa mendaki gunung adalah aktifitas yang mengandung beragam resiko, bahkan kematian adalah salah satu resiko itu. Supaya tidak dianggap omong kosong, maka di bawah ini saya sudah menyiapkan 7 resiko yang mengintai nyawamu ketika mendaki;
1. Keganasan Hipotermia
Kabar buruk tentang hipotermia silih berganti mendarat di telingamu, sebagian selamat, sebagian dievakuasi dan sebagian lagi harus meninggal karena keganasan hipotermia. Kabar-kabar itu mengalir deras bagai tak ada ujung.
Parah, semakin terdengar kabar buruk itu, semakin banyak pula orang-orang nekad yang mendaki tanpa tahu apa itu hipotermia, bahkan mendengar namanya pun tidak pernah, apalagi jika ditanya gejala, cara pencegahan dan cara mengatasi hipotermia, mereka geleng-geleng kepala.
Alangkah baiknya bila kamu menjadikan kabar-kabar tentang hipotermia sebagai peringatan atau alarm, mulai mempelajari apa itu hipotrmia, baik cara mencegah hipotermia atau cara mengatasi hipotermia.
2. Tersesat di Hutan Antah Berantah, Tanah Tak Bertuan
Tersesat pun tidak kalah mengerikan dari hipotermia, sering pula terdengar kisah haru tentang pendaki yang tersesat di hutan rimba dan terdampar di tanah antah berantah. Beruntung bila tim penyelamat menemukan mereka, namun bagaimana jika itu tidak terjadi?, mereka bertemu hewan buas atau kelaparan.
Kita tidak bisa mengatakan 'tidak' bahwa tersesat adalah resiko pendakian yang bisa terjadi kapan saja. Sebelum melakukan sebuah pendakian, kita harus siap dengan resiko itu. Mempelajari ilmu navigasi darat, selalu membawa peralatan survival skill dan mengetahui cara bertahan hidup di hutan belantara adalah aksi nyata untuk mengantisipasi tersesat di tengah-tengah pendakian.
3. Sambaran Petir
Selama musim hujan ini, berapa berita yang kamu dengar tentang meninggalnya pendaki karena tersambar petir?, jangan jadi peramai sosial media dan hilang begitu saja, berita-berita itu harus menjadi pembelajaran. Segera pelajari bagaimana tips menghindari sambaran petir di atas gunung dan memahami pemicunya, seperti sinyal handphone dll.
4. Altitude Sickness
Apa Altitude Sickness?, dia adalah penyakit yang bertempat tinggal di atas ketinggian 2.500 mdpl dan bisa menyerang siapa saja yang berada di ketinggian tersebut, apabila kamu terkena Altitude Sickness maka kamu akan merasakan mual, sakit kelapa, eh kepala, sesak nafas, susah tidur dan rasa lelah yang hebat. Bila tidak segera diobati, maka gejalanya adalah kehilangan kesadaran, muntah-muntah, sakit kepala yang amat sangat dan batuk terus-menerus.
Penyebabnya?, semakin tinggi tanah yang kamu pijak, semakin tipis pula persediaan oksigen. Bila tanpa adaptasi terlebih dahulu, tubuhmu akan kewalahan menghadapi perubahan tersebut. Sudah bisa dipastikan cara terbaik untuk menghindari Altitude Sickness adalah mendaki dengan perlahan, jangan terburu-buru, biarkan tubuhmu ber-adaptasi secara perlahan.
Jika saya sudah terkena Altitude Sickness, apa yang harus saya lakukan?,
Jangan memaksakan diri untuk terus mendaki dan naik ke dataran yang lebih tinggi!, istirahatlah, perbanyak minum air putih, makan obat parasetamol, tidur dan kembali turun.
5. Terpeleset dan Jatuh ke Dalam Jurang
Dulu, kita pernah digemparkan oleh berita tentang seorang pendaki gunung Merapi yang terjatuh ke dalam kawah saat hendak melakukan selfie dan tentang pendaki yang terjatuh di puncak gunung Batu yang terletak di Bekasi.
Tentu, sebetulnya kabar seperti itu tidak perlu terdengar bila setiap pendaki selalu mengutamakan keselamatan dibanding hal-hal yang tidak terlalu penting, sekedar berfoto, sekedar dikata jago, sekedar terlihat hits di media sosial. Taatilah segala peraturan yang dibuat oleh pihak pengelola, demi keselamatan diri kamu sendiri.
6. Di Atas Gunung, Longsoran Tebing dan Pohon Tumbang Bisa Kapan Saja Terjadi
Kemarin dulu, di gunung Ciremai, saya pernah mendengar ada seorang pendaki yang meninggal karena tertimpa pohon rubuh. Juga di gunung Semeru, seorang perempuan meregang nyawa tertimpa longsoran batu saat hendak menggapai Mahameru.
Cerita-cerita itu menyampaikan pesan kepada kita bahwa di atas gunung sana, kemungkinan-kemungkinan terburuk bisa kapan saja terjadi. Tidak bisa dihindari karena kita tidak pernah tahu kapan hal buruk itu akan terjadi.
Hanya satu hal yang bisa kita lakukan, yakni meningkatkan kewaspadaan. Amatilah keadaan sekitar sebelum beristirahat atau mendirikan tenda, jangan beristirahat atau mendirikan tenda di dekat pohon tua yang lapuk dan tebing yang terlihat mudah longsor.
7. Obsesi Menggapai Puncak
Saya datang dari jauh, terlalu sayang jika tidak menginjakan kaki di tanah tertinggi, apapun yang terjadi, puncak adalah tujuan utama saya.
Demikian adalah salah satu slogan orang-orang yang tidak bisa menaklukan dirinya sendiri, apakah maksud sebuah pendakian adalah tentang penaklukan diri sendiri dan bukan penaklukan sebuah puncak?. Masih banyak orang-orang yang rela membayar puncak dengan nyawa.
Terkadang, obsesi untuk menggapai puncak adalah musibah, meninggalkan teman yang sedang sakit di tengah-tengah pendakian atau dihantam oleh keangkuhan alam liar. Jangan memaksakan diri, segera turun bila keadaan tidak memungkinkan, puncak itu hanya bonus, keselamatan adalah prioritas utama dari sebuah pendakian.
Demikian 7 resiko yang mengintai nyawamu ketika mendaki, semoga lebih waspada dan semoga tuhan selalu memberi kita keselamatan dalam setiap pendakian.